Merdeka !!!, Merdeka !!!, Merdeka !!!.
Padepokan Singkir Geni adalah Padepokan dunia maya yang bertujuan mengumpulkan Penganut Spiritual Nusantara-Jawa jangkep, Nusantara-Jawa jaba-jero bukan Nusantara-Jawa yang berstandar ganda guna bersama-sama melestarikan, membabar, mengumpulkan dan bertukar kaweruh Spiritual Nusantara-Jawa sekaligus sebagai sarana "Maguyub" penganut Spiritual Nusantara-Jawa tanpa menbeda-bedakan unsur paguron atau kelompok etnis sesuai dengan sesanti "Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa" dan non politis.
Melalui sarana “Maguyub” di dunia maya ini, diharapkan Penganut Spiritual Nusantara-Jawa kembali "Eling" akan jati dirinya, “Eling” akan ke “Adi Luhungan” warisan budaya luhur nenek moyang dan “Eling” bahwa manusia Nusantara-Jawa memikul tugas luhur sejarah sebagai sakaguru negara dan bangsa Indonesia. "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh". “Urip kuwi sapadha-padha amerga, kabeh sapadha-padhaning titah”.
Sejarah telah memaparkan bahwa agama sangat menentukan kehidupan manusia dan sangat sering diselewengkan oleh penguasa agama sehingga berperan negatip dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan guna memperingatkan bahaya penyelewengan agama, Karl Marx pernah mengatakan bahwa agama itu candu atau bahkan racun masyarakat, dimana saat itu di Eropa memang sedang mabok-mendem agama. Agama bagaikan obat, bila minum obat over dosis, justru akan menjadi racun bagi tubuh.
Bila suatu bangsa telah menganggap agama beserta kitab sucinya adalah segala-galanya dan serba bisa untuk mengatasi segala masalah didunia ini, maka bangsa itu sudah menjadi mabok-mendem agama, nalar dan rasio bangsa mengalami kemandegan, kebudayaan bangsa mengalami kemunduran, pada gilirannya yang akan terjadi adalah krisis kebudayaan yang melanda bangsa itu. Para agamawan tanpa disadari sering menuhankan agama, sekaligus merebut kuasa Tuhan, tak heran di dunia ini lalu muncul banyak konflik berbasiskan agama.
Dalam dunia modern, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan semua hal harus “NYATA dan TINEMU NALAR”. Tuhan adalah milik semua orang, baik yang beragama maupun yang tidak beragama, sebagaimana matahari diciptakan untuk semua manusia. Tuhan juga bukan masa lampau, melainkan masa kini dan juga masa depan, Ia “CEDAK TANPA SENGGOLAN, ADOH TANPA WANGENAN”, ia berada dan dapat diketemukan dalam diri pribadi kita.
Pemerintahan telah silih berganti hingga sekarang, carut-marut kondisi Negara dan Bangsa Indonesia dalam segala aspek kehidupan IPOLEKSOSBUD-HULINGHANKAM bukannya tertata menjadi bertambah baik tetapi justru keadaannya semakin carut-marut memprihatinkan kita semua. Bahkan sejak awal era Ordebaru sampai sekarang, negara dan pemerintah telah terlanjur menanamkan persepsi yang sangat kuat dalam kalangan masyarakat dan generasi muda bangsa Indonesia bahwa “Tidak Beragama” sama dengan “Atheis”, yang terbenar dan terbaik adalah agamanya, tidak seiman atau berbeda agama tidak bisa menikah, posisi jabatan tertentu dalam pemerintahan tidak bisa dijabat selain beragama “agama mayoritas”, jutaan masjid telah didirikan bahkan sampai tingkat RT/RW, Ribuan bahkan mungkin puluhan ribu tempat ibadah Nasrani dibangun demikian juga agama-agama yang lainnya tetapi apa yang terjadi ?
Budaya serba uang sudah tak terhindarkan, Korupsi merajalela bahkan sudah “mbalung sumsum”, untuk mencapai sukses orang menghalalkan segala cara, masyarakat semakin kesulitan mencari pekerjaan makna toleransi dan dominasi sudah kacau balau. Fakta yang menggiriskan kita semua justru ternyata orang “beragama” belum tentu ber-Tuhan (semua pelaku peristiwa sanggau-Ledau, Sampit, Ambon, Poso, kriminal-koruptor dan TERORIS semuanya adalah orang beragama). Kita semua tentunya prihatin.
Seluruh warga bangsa ikut merasakan dan prihatin. kini semua telah terjadi, sesal kemudian tiada berguna. Untuk mengubahnya mutlak diperlukan kesadaran pemerintah dan peran serta semua pihak. Ini adalah kerja besar dan membutuhkan keseriusan serta waktu yang sangat lama. Hasilnya baru bisa dinikmati oleh generasi mendatang. Keadaan seperti ini merupakan bukti nyata dari buah investasi yang ditanam oleh penguasa Ordebaru selama 32 tahun dan diperparah lagi dengan buah investasi tanpa arah jelas serta acak-acakan selama era Reformasi. Bangsa Indonesia sekarang tidak punya “kedaulatan spiritual”, munculnya gejala “Tidak Samanya Kata dan Perbuatan”, dipertanyakannya “Jatidiri Bangsa”, dilupakannya “Kearifan Lokal”, Beragama sama dengan Bertuhan , terpinggirkannya “PANCA SILA” akhirnya beginilah jadinya. Bangsa Indonesia adalah “bangsa yang tercerabut dari akar budayanya” hidupnya tidak membumi melainkan menggantung diawang-awang tanpa mempunya akar.
Kalau diteliti sebenarnya tidak ada amanat satu pasalpun dalam UUD 1945 sebelum dan setelah amandemen “yang mengharuskan rakyat Indonesia beragama”, yang ada Rakyat Indonesia harus ber-TUHAN. Akibat paksaan dari penguasa Ordebaru salah satu hasil konkritnya ialah "WONG NUSANTARA-JAWA KARI SEPARO", sudah tidak jangkep lagi "Wis Ora Sampurna" keadaan menjadi ganjil "Jaba-Jero Wis Ora Padha", keariefan lokal hampir musnah, nilai-nilai Panca Sila hampir dilupakan, tugas orang Nusantara-Jawa sebagai sakaguru negara dan bangsa diabaikan, hampir semua orang memburu kesenangan duniawi secara cepat dengan menghalalkan segala cara.
Ada sebuah pertanyaan yang menggelitik "Bisakah anda tunjukan Siapakah pemimpin pemerintah, lembaga negara, BUMN, penyelenggara Pendidikan, pada tingkatan nasional maupun daerah yang benar-benar Jawa jangkep (Jawa njaba-njero)”. Apakah keadaan itu tidak memprihatinkan kita semua ?
Sebagai sakaguru membawa implikasi bila manusia Nusantara-Jawa rusak maka rusaklah bangsa dan negara Indonesia, bila manusia Nusantara-Jawa musnah maka musnahlah negara dan bangsa Indonesia, bila manusia Nusantara-Jawa kehilangan jati dirinya maka negara dan bangsa Indonesia akan kehilangan jati dirinya dst. dst. Adalah merupakan keharusan "wong Nusantara-Jawa bali Nusantara-Jawane" dan "wong Nusantara-Jawa tetep Nusantara-Jawane", dengan begitu setiap diri pribadi orang Nusantara-Jawa dapat memancarkan ke-adiluhung-an budaya Nusantara-Jawa yang sumrambah pada aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, seterusnya Panca Sila dan negara Indonesia dapat ditegakkan yang menjamin kondisi "Tata-titi tentrem kerta raharja, Gemah ripah loh jinawe".
Untuk mencapai tataran itu tidak ada jalan lain kecuali dari penyadaran kembali spiritualitasnya orang Nusantara-Jawa yang berkiblat pada diri pribadi masing-masing KADIRI sebagai modal dasar memperbaiki keadaan, memupuk rasa persatuan jaba-jero yang dijangkung oleh Gusti kang akarya Jagat, dan seterusnya secara bersama-sama saiyek saeka proyo berpartisipasi aktip dengan memberikan kontribusi nyata dalam bidangnya masing-masing melalui PATULADHAN diri pribadi.
Guna mengurangi gangguan dan bujukan siar pengagamaan serta untuk menjaga perasaan kaum beragama maka admin pertama-tama akan menempuh kebijakan sedapat-dapatnya tidak menggunakan istilah atau terminologi agama, mengeliminasi yang berbau Klenik, Perdukunan dan sejenisnya, menghindari mereka yang sudah beragama agar klaim-klaim kebenaran agama tidak diperdebatkan dalam forum ini atau dengan kata lain Padhepokan dunia maya ini hanya diperuntukan secara khusus bagi mereka yang masih menguri-uri dan atau menjalankan Lelaku kepercayaan NUSANTARA-JAWA Jaba-Jero.
Admin menyadari bahwa upaya tersebut tidak mudah, akan banyak menghadapi aral melintang dan banyak tantangan, ejekan, gangguan bahkan mungkin ancaman kekerasan fisik tetapi itu semua “GUSTI WIS PIRSA, GUSTI ORA SARE, GUSTI MURBA WISESA”, hanya kepadanyalah diserahkan segalanya dan marilah kita perjuangkan persamaan hak hidup warga penganut kepercayaan Nusantara-Jawa bersama-sama, agar diskriminasi dapat dihapuskan dari bumi Nusantara-Jawa.
Admin akan menulis Pitutur Patuladhan Spiritual Nusantara-Jawa yang berasal dari sesepuh Spiritualis Nusantara-Jawa secara setahap demi setahap terdiri dari tiap judul dan isinya dalam bahasa Jawa sesuai bahasa aslinya yang lungit dan tanpa tanda baca !!!, Dipersilahkan para Kadang-sedulur ataupun para winasis sesepuh-pinisepuh menterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan memberikan ulasan guna memperjelas ataupun mempergamblang maknanya.
Perlu sekali lagi di garis-bawahi, disini tempat komunitas Nusantara-Jawa Jaba-Jero yang dharmanya tidak mangrwa, Siar agama dan istilah, terminologi agama bukan disini tempatnya, karena itu Tulisan atau komentar yang mengganggu dan tidak bernilai ataupun yang bisa menimbulkan kerawanan akan resiko tuduhan pemurtadan dan penodaan agama akan dihapus oleh Admin tanpa pemberitahuan.
Selamat bergabung dan semoga berguna bagi kita semua. Kalajengaken.....



